Recent Blog post


Hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab. 

Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

Menurut as-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.

Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan  berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan  Rajab).

Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum  di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.

Disebutkan dalam  Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Rajab dan  Muharram. Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab.

Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).

                                                             Hadis Keutamaan Rajab



Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab: 

Untuk puasa Rajab Pada Bulan Ini Jatuh Pada Hari Rabu, 29 Maret 2017

• Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdoa:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).

• "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."

• Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana  berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."

• "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".

• Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku." 

• Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.

sumber : http://www.nu.or.id/post/read/76504/hukum-berpuasa-di-bulan-rajab
                http://santriema.blogspot.co.id/2016/04/niat-puasa-sunnah-bulan-rajab-hari.html

Hukum Puasa Rajab Dan Niat Puasa Rajab

By : FOSKI
Selasa, 28 Maret 2017
0

Pengertian Bulan Rajab
Bulan Rajab merupakan bulan ketujuh. Bulan ini termasuk salah satu bulan haram (suci) dan/atau bulan yang dimuliakan. Karena merupakan bulan haram, maka tidak heran jika dikalangan masyarakat muslim banyak yang melakukan amal-amalan ketaatan di bulan ini, termasuk menunaikan puasa sunnah rajab.  

Terdapat 4 (empat) bulan haram yang dikenal tradisi Islam, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satunya adalah bulan Rajab. Beberapa alasan kenapa bulan-bulan tersebut dinamakan bulan haram adalah :
  • Pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
  • Pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan itu. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan. (Lihat Zaadul Masiir, tafsir surat At Taubah ayat 36)

  • Keistimewaan Bulan Rajab

  • Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
    1. Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).
    2. "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
    3. Riwayat al-Thabarani dari Sa'id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
    4. "Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
    5. Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."
    6. Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.                                    
      1. sumber :http://www.blogkhususdoa.com/2015/04/keistimewaan-bulan-rajab-dan-keutamaan-puasa-rajab.html

Keistimewaan Bulan Rajab

By : FOSKI 0
Pengertian Iman Kepada Kitab Allah


                        Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah. Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW. Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah berikut.



Artinya : “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan Sesungguhnya Kami yang memeliharanya.” (Al Hijr [15]: 9)
 
A. Pengertian Kitab dan Suhuf
Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Suhuf yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang terpisah.
Ada persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf
Persamaan : Kitab dan suhuf sama-sama wahyu dari Allah.
Perbedaan :
1. Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf
2. Kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan.
Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah berikut ini.

Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa lembaran-lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s dan nabi Musa a.s. Firman Allah SWT .

Artinya : “(yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa” (QS. Al A’la [87]: 19)
Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT berikut.

Artinya : “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.” (QS Al Baqarah [2]: 136)
 
B. Kitab-Kitab Allah
1. Kitab Taurat
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa as sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani Israel. Sesuai firman Allah swt yang artinya: “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku” (QS. Al-Isra’ [17]: 2)
Adapun isi kandungan kitab Taurat meliputi hal-hal berikut :
1. Kewajiban meyakini keesaan Allah
2. Larangan menyembah berhala
3. Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia
4. Supaya mensucikan hari sabtu (sabat)
5. Menghormati kedua orang tua
6. Larangan membunuh sesama manusia tanpa alasan yang benar
7. Larangan berbuat zina
8. Larangan mencuri
9. Larangan menjadi saksi palsu
10. Larangan mengambil hak orang lain

2. Kitab Zabur
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Daud as sebagai pedoman dan petunjuk bagi umatnya. Firman Allah

Artinya: “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ [17]: 55)

Kitab Zabur (Mazmur) berisi kumpulan nyanyian dan pujian kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Selain itu berisi zikir, doa, nasihat, dan kata-kata hikmah. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur sekarang ada pada Perjanjian Lama yang terdiri atas 150 pasal.

3. Kitab Injil
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Isa as sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israel. Allah swt berfirman

Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 46

Kitab Injil memuat beberapa ajaran pokok, antara lain:
a. Perintah agar kembali kepada tauhid yang murni
b. Ajaran yang menyempurnakan kitab Taurat
c. Ajaran agar hidup sederhana dan menjauhi sifat tamak (rakus)
d. Pembenaran terhadap kitab-kitab yang datang sebelumnya

4. Kitab al-Qur’an
Kitab suci al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dijadikan petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab. Sebagaimana firman Allah

Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqan [25]: 1)
Secara keseluruhan, isi al-Qur’an meliputi hal-hal berikut:
a. Pembahasan mengenai prinsip-prinsip akidah (keimanan)
b. Pembahasan yang mengangkat prinsip-prinsip ibadah
c. Pembahasan yang berkenaan dengan prinsip-prinsip syariat
Kedudukan-kedudukan al-Qur’an antara lain:
a. Sebagai wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
b. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw
c. Sebagai pedoman hidup manusia agar tercapai kebahagiaan di dunia dan akhirat
d. Sebagai sumber dari segala sumber hukum Islam
C. Fungsi dan Hikmah Iman Kepada Kitab Allah
1. Fungsi Iman kepada Kitab-kitab Allah
a. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan pribadi
b. Untuk membangun kehidupan bermasyarakat
c. Untuk menjalin kerukunan dalam hidup berbangsa dan bernegara

2. Hikmah Iman kepada Kitab-kitab Allah
a. Meningkatkan keimanan kepada Allah swt yang telah mengutus para rasul untuk menyampaikan risalahnya.
b. Hidup manusia menjadi tertata karena adanya hukum yang bersumber pada kitab suci
c. Termotivasi untuk beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama, seperti yang tertuang dalam kitab suci
d. Menumbuhkan sikap optimis karena telah dikaruniai pedoman hidup dari Allah untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat
e. Terjaga ketakwaannya dengan selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya


D. Penerapan Hikmah Iman terhadap Kitab-kitab Suci
1. Beriman kepada kitab-kitab sebelum al-Qur’an. Caranya adalah:
a. Meyakini kebenaran yang terkandung dalam kitab-kitab Allah
b. Meyakini bahwa kitab-kitab itu benar-benar wahyu Allah bukan karangan para nabi dan rasul
2. Beriman kepada al-Qur’an. Caranya adalah:
a. Meyakini bahwa al-Qur’an benar-benar wahyu Allah, bukan karangan Nabi Muhammad saw
b. Meyakini bahwa isi al-Qur’an dijamin kebenarannya, tanpa ada keraguan sedikit pun
c. Mempelajari, memahami, dan menghayati isi kandungan al-Qur’an
d. Mengamalkan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari 

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

By : FOSKI
Senin, 13 Maret 2017
0
 1. Pengertian al-Asmā’u al-¦usnā

Al-Asmā’u al-¦usnā terdiri atas dua kata, yaitu asmā yang berarti namanama, dan ¥usna yang berarti baik atau indah. Jadi, al-Asmā’u al-¦usnā dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti keagungan-Nya. Kata al-Asmā’u al-¦usnā diambil dari ayat al-Qur’ān Q.S. °āhā/20:8. yang artinya, “Allah Swt. tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki al-Asmā’u al-¦usnā (nama-nama baik)“.
2. Dalil tentang al-Asmā’u al-¦usnā a.
Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-A’rāf/7:180



Artinya: “Dan Allah Swt. memiliki asmā’ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) namanama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. al A’rāf/7:180)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asmā’u al-¦usnā merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. Berdoa dengan menyebut al-Asmā’u al-¦usnā sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.
b. Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari



Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (H.R. Bukhari)

  Al-Kar³m

Secara bahasa, al-Kar³m mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-Kar³m diartikan bahwa Allah Swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua makhlukNya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi Nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan firman Perhatikan firman Allah Swt. berikut!

Artinya: “Hai manusia apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah?” (Q.S. al-Infi¯ār:6)                    

Al-Mu’m³n 

                       secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran, ketenangan hati, dan aman. Allah Swt. al-Mu’m³n  artinya Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan begitu, hati manusia menjadi tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut, dan cemas. 
Perhatikan firman Allah Swt. berikut!

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” 
(Q.S. al-An’ām/6:82)
Al-Wak³l

 Kata “al-Wak³l” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wak³l (Yang Maha Mewakili atau Pemelihara), yaitu Allah Swt. yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai. Firman-Nya dalam alQur’ān:


Artinya: “Allah Swt. pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” (Q.S. az-Zumar/39:62)
Al-Mat³n

 artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah Maha sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya. Allah Swt. juga Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah Swt. yang memiliki rahmat dan azab terbukti ketika Allah Swt. memberikan rahmat kepada hambahamba-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah pembalasan-Nya. 
Seseorang yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah Swt. akan membuatnya menjadi manusia yang tawakkal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain. Ia akan selalu merasa rendah di hadapan Allah Swt. Hanya Allah Swt. yang Maha Menilai.  Oleh karena itu, Allah Swt. melarang manusia bersikap atau merasa lebih dari saudaranya. Karena hanya Allah Swt. yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba. Allah Swt. juga menganjurkan manusia bersabar. Karena Allah Swt. Mahatahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Kekuatan dan kekukuhan-Nya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya. Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah Swt. tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah Swt? Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukkan Allah Swt. meskipun seluruh makhluk di bumi ini bekerja sama. Allah Swt. berfirman:
Artinya:  “Sungguh Allah Swt., Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.”  (Q.S. aż-Żāriyāt/51:58)


 Al-Jāmi’ 

secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun, yaitu bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu yang tersebar atau terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa yang dikehendaki-Nya dan di mana pun Allah Swt. berkehendak.  
Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyalahi janji.”(Q.S. Ali Imrān/3:9). 
Al-‘Adl 
  artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun.  Keadilan Allah Swt. juga didasari dengan ilmu Allah Swt. yang MahaLuas. Sehingga tidak mungkin keputusanNya itu salah.  Allah Swt. berfirman: 


Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’ān, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimatNya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. alAn’ām/6:115). 

Al-Ākhir

 artinya Yang Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah Swt. Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, Mahakekal dengan kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan perintah-Nya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya:


Artinya: “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang ¨ahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu “. (Q.S. al-¦ad³d/57:3).

sumber : bukupendidikanagamaislamklssepuluh


Asma'ul Husna

By : FOSKI
Minggu, 26 Februari 2017
0


A.  Pentingnya Perilaku Jujur 

Jujur memiliki  arti  kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat dengan kenyataan yang ada.  Jadi, kalau suatu berita  sesuai dengan keadaan yang  ada,  dikatakan  benar/jujur, tetapi  kalau  tidak,  dikatakan  dusta.  Allah  Swt. memerintahkan  kepada  kita  untuk  berlaku  benar  baik  dalam  perbuatan  maupun ucapan,sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.  at-Taubah/9: 119
Artinya:  “Wahai  orang-orang yang  beriman! Bertakwalah  kepada  Allah,  dan bersamalah  kamu  dengan  orang-orang  yang  benar.”  (Q.S.  at-Taubah/9: 119) 

Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan. Kejujuran  merupakan  sifat  seorang yang beriman,  sedangkan lawannya,  dusta, merupakan sifat orang yang munafik.Ciri-ciri orang munafik adalah dusta,ingkar janji, dan khianat, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini: 
Ibnul  Qayyim  berkata,  dasar  iman  adalah  kejujuran  (kebenaran),  sedangkan dasar nifaq  adalah  kebohongan  atau  kedustaan.  Tidak  akan pernah  bertemu  antara kedustaan dan keimanan  melainkan  akan saling bertentangan  satu sama lain. Allah Swt. menegaskan bahwa tidak  ada yang bermanfaat  bagi seorang hamba  dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya). 

B.  Keutamaan Perilaku Jujur


Kejujuran merupakan akhlak  mulia  yang  akan  mengarahkan  pemiliknya  kepada  kebajikan,  sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw., 
Pemilik  kejujuran  memiliki  kedudukan  yang  tinggi di  dunia  dan  akhirat.  
Dengan  kejujurannya,  seorang  hamba  akan  mencapai  derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. 
Orang yang jujur akan dipermudah rezeki  dan segala urusannya. 
Kejujuran berbuah kepercayaan.  
Jujur membuat hati  kita  tenang, sedangkan berbohong membat  hati  jadi  was-was. 

C.  Macam-Macam Kejujuran

Menurut tempatnya,  jujur  itu  ada  beberapa  macam,  yaitu  
1.  Jujur dalam niat dan kehendak,  yaitu  motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam  rangka menaati  perintah  Allah Swt. dan  ingin  mencapai  riḍaNya.  Jujur  sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang  yang  pura-pura jujur berarti tidak  ikhlas dalam berbuat.
2.  Jujur dalam  ucapan,  yaitu memberitakan  sesuatu sesuai dengan realitas  yang terjadi, kecuali  untuk kemaslahatan yang dibenarkan dengan ikhlas oleh  syari’at  seperti  dalam  kondisi  perang,  mendamaikan  dua  orang  yang bersengketa,  dan semisalnya.  Setiap  hamba  berkewajiban  menjaga  lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan. 
3.  Jujur  dalam  perbuatan,  yaitu  seimbang  antara  lahiriah dan  batiniah  hingga tidaklah  berbeda  antara  amal  lahir  dan  amal  batin.  Jujur  dalam  perbuatan  ini jugaberartimelaksanakansuatupekerjaansesuaidenganyangdiriḍaiAllah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas. Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan,    maupun jujur  dalam  perbuatan  membutuhkan  kesungguhan.  Adakalanya  kehendak  untuk jujur itu lemah, adakalanya pula menjadi kuat.

D.  Petaka Kebohongan 

Kebohongan akan menghantarkan pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain. Ketika  seseorang sudah berani  menutupi  kebenaran,  bahkan  menyelewengkan kebenaran  untuk  tujuan  jahat,  ia  telah  melakukan  kebohongan.  Kebohongan  yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.

E.  Hikmah Perilaku Jujur



Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari  perilaku jujur, antara lain sebagai berikut. 
1.  Perasaan  enak dan  hati  tenang,  jujur  akan membuat  kita menjadi  tenang, tidak takut akan  diketahui  kebohongannya  karena memang tidak berbohong. 
2.  Mendapatkan kemudahan  dalam hidupnya. 
3.  Selamat dari azab dan bahaya. 
4.  Dijamin masuk surga. 
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.

Perilaku  jujur  bisa diterapkan  dalam  berbagai  hal  dalam  kehidupan  sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Berikut ini cara menerapkan perilaku jujur. 
1.  Di sekolah,  kita bisa meluruskan niat untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan  oleh ibu bapak guru, tidak  menyontek  pekerjaan teman,  melaksanakan  piket  sesuai  jadwal,  menaati  peraturan  yang berlaku di sekolah,  berbicara  secara  benar  baik  kepada  guru, teman  ataupun  orangorang yang ada di lingkungan sekolah. 
2.  Di rumah, kita  bisa meluruskan niat  untuk berbakti  kepada  orang tua, memberitakan  hal yang benar. Contohnya saat meminta  uang untuk kebutuhan  suatu hal,  tidak  menutup-nutupi  suatu masalah  pada  orang  tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang. 
3.  Di masyarakat, kita bisa melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik, tenang, dan tenteram,  tidak mengarang cerita  yang membuat  suasana di lingkungan tidak kondusif, tidak membuat  gosip. Ketika  diberi  kepercayaan  untuk melakukan  sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya.

sumber : http://naningnine.blogspot.co.id/2015/12/materi-pai-kelas-xi-semester1-bab-1-4.html

HIDUP NYAMAN DENGAN PERILAKU JUJUR

By : FOSKI
Jumat, 24 Februari 2017
0


A.  Pengertian Khutbah,  Tablig, dan Dakwah 

Makna  khutbah,  tablig, dan  dakwah  hampir  sama,  yaitu  menyampaikan  pesan kepada  orang lain.  Secara  etimologi  (lugawi/bahasa),  makna  ketiganya  dapat diuraikan sebagai berikut. 

1.  Khutbah 


 Khutbah berasal  dari  kata:


bermakna   memberi nasihat  dalam  kegiatan  ibadah  seperti;  ṡalat  (ṡalat  Jumat,  Idul  Fitri,  Idul  Adha, Istisqo, Kusuf),  wukuf, dan nikah. Menurut istilah,  khutbah berarti kegiatan ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentu yang berkaitan  langsung  dengan  keabsahan  atau  kesunahan  ibadah.  Misalnya khutbah  Jumat  untuk  ṡalat  Jum’at,  khutbah  nikah  untuk  kesunahan  akad  nikah. Khutbah diawali dengan hamdallah, salawat, wasiat taqwa, dan doa. 

2.  Tabligh 


berasal   dari  kata:
yang berarti menyampaikan, memberitahukan  dengan  lisan.  Menurut istilah,  tablig  adalah  kegiatan menyampaikan  ‘pesan’  Allah  Swt. secara  lisan  kepada  satu orang Islam atau  lebih  untuk  diketahui  dan  diamalkan  isinya.  Misalnya,  Rasulullah  saw. memerintahkan  kepada  sahabat  yang  datang  di  majlisnya  untuk  menyampaikan suatu ayat kepada sahabat yang tidak hadir. Dalam  pelaksanaan  tablig, seorang mubaligh  (yang menyampaikan  tablig) biasanya menyampaikan  tablig-nya dengan gaya dan retorika yang menarik. Ada  pula  sekarang  istilah  tabl³g  akbar,  yaitu  kegiatan  menyampaikan  “pesan” Allah  Swt. dalam jumlah pendengar yang cukup banyak. 

3.  Dakwah 


berasal  dari  kata:   
  yang berarti  memanggil, menyeru, mengajak  pada sesuatu hal. Menurut istilah,  dakwah  adalah  kegiatan mengajak  orang lain,  seseorang atau lebih  ke jalan  Allah  Swt. secara  lisan atau  perbuatan.  Di sini dikenal adanya da’wah  billisān  dan  da’wah  bilhāl. Kegiatan  bukan hanya  ceramah,  tetapi juga aksi sosial yang nyata. Misalnya, santunan  anak yatim,  sumbangan untuk membangun fasilitas  umum, dan lain sebagainya.


B.  Pentingnya Khutbah,  Tablig, dan Dakwah 

1.  Pentingnya Khutbah
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa khutbah masuk pada aktivitas  ibadah.  Maka, khutbah tidak mungkin bisa ditinggalkan karena akan membatalkan  rangkaian aktivitas  ibadah.  Contoh,  apabila ṡalat  Jumat  tidak  ada  khutbahnya, ṡalat  Jumat tidak  sah.  Apabila wukuf di  Arafah tidak  ada  khutbahnya, wukufnya tidak sah. Sesungguhnya, khutbah  merupakan  kesempatan  yang sangat  besar untuk berdakwah  dan membimbing  manusia  menuju  ke-riḍa-an  Allah  Swt. Hal  ini jika khutbah dimanfaatkan  sebaik-baiknya, dengan menyampaikan  materi yang dibutuhkan oleh hadirin  menyangkut masalah  kehidupannya,  dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan dengan cara yang menarik serta tidak membosankan. Khutbah memiliki  kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan  tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seorang  khathib  harus memahami  aqidah  yang  ṡaḥ³hah  (benar)  sehingga  dia tidak  sesat  dan  menyesatkan  orang  lain.  Seorang  khatib  seharusnya  memahami fiqih sehingga mampu membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang  lurus. Seorang  khatib  harus memperhatikan  keadaan  masyarakat,  kemudian mengingatkan  mereka dari penyimpangan-penyimpangan  dan mendorong kepada ketaatan.  Seorang khathib sepantasnya juga seorang yang  ṡālih, mengamalkan ilmunya,  tidak  melanggar  larangan sehingga  akan  memberikan  pengaruh  kebaikan kepada para pendengar. 

2.  Pentingnya  Tablig 
Salah  satu  sifat  wajib  bagi  rasul  adalah  tablig,  yakni  menyampaikan  wahyu  dari Allah  Swt. kepada  umatnya.  Semasa  Nabi  Muhammad  saw.  masih  hidup,  seluruh waktunya  dihabiskan  untuk  menyampaikan  wahyu kepada  umatnya.  Setelah Rasulullah  saw. wafat,  kebiasaan  ini dilanjutkan  oleh  para sahabatnya,  para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat). Setelah  mereka  semuanya  tiada, siapakah  yang akan meneruskan  kebiasaan menyampaikan  ajaran  Islam  kepada  orang-orang  sesudahnya?  Kita  sebagai  siswa muslim punya tanggung jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.
Banyak  yang  menyangka  bahwa tugas  tablig  hanyalah  tugas  alim ulama saja. Hal itu tidak benar. Setiap orang  yang  mengetahui  kemungkaran yang terjadi  di hadapannya,  ia wajib mencegahnya  atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut). 
Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat  kemungkaran terjadi di depan matanya, dan ia  mampu  menghentikannya,  ia  wajib  menghentikannya.  Bagi  yang mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya  kepada yang lain, siapa pun mereka.

3.  Pentingnya Dakwah
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada  yang menyebut  berdakwah itu hukumnya  farḍu  kifayah  (kewajiban kolektif), sebagian lainnya menyatakan farḍu  ain. Meski begitu,  Rasulullah saw. tetap  selalu  mengajarkan agar seorang muslim  selalu  menyeru pada jalan  kebaikan  dengan  cara-cara  yang baik. 
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan  dan kesejahteraan  hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat  riḍa  dari  Allah Swt. Nabi Muhammad  saw. mencontohkan  dakwah kepada  umatnya  dengan  berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. 
Rasulullah saw. memulai  dakwahnya kepada istri, keluarga, dan temanteman karibnya  hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Rasulullah saw. adalah  Kaisar Heraklius dari Byzantium,  Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran), dan Raja  Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).  Ada beberapa metode dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat. 

C.  Ketentuan Khutbah,  Tablig, dan Dakwah 

1.  Ketentuan Khutbah 

a.  Syarat khatib 
1)  Islam 
2)  Ballig 
3)  Berakal sehat 
4)  Mengetahui  ilmu agama 

b.  Syarat dua khutbah 
1)  Khutbah dilaksanakan sesudah masuk waktu dhuhur 
2)  Khatib duduk di antara dua khutbah
3)  Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas
4)  Tertib 

c.  Rukun khutbah 
1)  Membaca hamdallah 
2)  Membaca syahadatain 
3)  Membaca shalawat 
4)  Berwasiat taqwa 
5)  Membaca ayat  al-Qur’ān  pada salah satu khutbah  
6)  Berdoa pada khutbah kedua 

d.  Sunah khutbah 
1)  Khatib berdiri ketika khutbah 
2)  Mengawali  khutbah dengan memberi salam 
3)  Khutbah hendaknya jelas,  mudah dipahami, tidak terlalu panjang 
4)  Khatib menghadap jamaah  ketika khutbah 
5)  Menertibkan rukun khutbah
6)  Membaca surat  al-Ikhlās  ketika duduk di antara dua khutbah 

Keterangan: 
a.  Pada prinsipnya ketentuan  dan tata  cara khutbah, baik  ṡalat  Jumat, Idul Fitri,  Idul Adha,  ṡalat  khusuf, dan  ṡalat  khusuf  sama. Perbedaannya terletak pada  waktu  pelaksanaannya,  yaitu  dilaksanakan  setelah  ṡalat  dan  diawali dengan takbir.
b.  Khutbah wukuf adalah  khutbah yang dilaksanakan  pada saat wukuf di Arafah. Khutbah wukuf salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan  ṡalat zuhur dan ashar di-qaṡar. Khutbah wukuf hampir  sama dengan  khutbah Jumat. Perbedaannya  terletak  pada waktu pelaksanaan,  yakni dilaksanakan ketika wukuf di  Arafah. 

2.  Ketentuan  Tablig 

a.  Syarat  muballig
1)  Islam, 
2)  Ballig, 
3)  Berakal, 
4)  Mendalami  ajaran Islam. 

b.  Etika dalam menyampaikan  tabligh 
1)    Bersikap lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak. 
2)  Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. 
3)  Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
4)    Materi  dakwah yang disampaikan harus mempunyai  dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya. 
5)    Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis dan sosiologis para pendengarnya atau penerimanya. 
6)  Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih, dan mencari-cari kesalahan orang lain. 

3.  Ketentuan Dakwah

Orang yang melaksanakan  dakwah disebut da’i. Ada  dua  cara  berdakwah,  yaitu  dengan  lisan  (da’wah  billisān)  dan  dengan perbuatan (da’wah  bilhāl).

a. Syarat da’i 
1)  Islam, 
2)  Ballig, 
3)  Berakal, 
4)  Mendalami  ajaran Islam.

b.  Etika dalam berdakwah
1)  Dakwah dilaksanakan dengan hikmah, yaitu ucapan yang jelas, tegas dan sikap yang bijaksana. 
2)  Dakwah dilakukan  dengan  mauiẓatul  hasanah  atau  nasihat  yang  baik, yaitu  cara  persuasif (tanpa  kekerasan)  dan  edukatif  (memberikan pengajaran). 
3)  Dakwah dilaksanakan  dengan memberi  contoh yang baik (uswatun hasanah). 
4)  Dakwah dilakukan dengan  mujādalah, yaitu  diskusi atau tukar pikiran yang berjalan secara dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain. 


Kita sebagai  umat  Islam  harus bisa mengaplikasikan  nilai-nilai  khutbah,  tablig, dan dakwah di mana saja berada. Cara untuk mewujudkan perilaku-perilaku tersebut antara lain sebagai berikut. 
1.  Ketika  melaksanakan  ṡalat  Jumat,  hendaklah  mengamati  dan  menyimak khutbah yang disampaikan  khātib. Bagaimana  etikanya,  bacaan-bacaan yang  dibacanya,  serta  urutannya.  Dengan  memperhatikan khatib  secara utuh diharapkan suatu saat nanti bisa tampil  sebagai khatib pada waktu ṡalat  Jumat. 
2.  Ketika melihat kemungkaran di sekitar kita (contohnya pacaran, mencuri, tawuran,  menyontek,  dan lain  sebagainya),  kita  harus mencegahnya  dengan memberikan  alasan yang logis, baik  atas dasar agama  maupun  sosial dan yang lainnya. Cara mencegahnya  dengan tangan (kekuasaan), apabila  tidak mampu, dengan lisan; apabila  tidak mampu cukup dalam  hati saja bahwa kita tidak ikut berbuat yang dilarang.
3.  Ketika  melihat  sesuatu yang baik (baik menurut agama  maupun masyarakat),  mencontohlah.  Dimulai  dari  diri  sendiri,  dari  yang terkecil, dan dari sekarang.  Tidak boleh ditunda-tunda. 
4.  Melibatkan  diri secara  aktif pada kegiatan-kegiatan  keagamaan  seperti: peringatan  hari besar Islam  (Maūlid  Nabi Muhammad  saw.,  Isrā’  Mi’rāj, Nuzulul  Qur’ān, dan  lain-lain)  baik  di  lingkungan  sekolah  maupun masyarakat. 
5.  Memprakarsai kegiatan  dakwah Islam  di sekolah,  remaja  masjid,  karang taruna, dakwah kampus, dan lain sebagainya.
\
Dalam berdakwah minimal ada dua cara, yaitu dakwah dengan lisan (da’wah billisān) dan dakwah dengan perbuatan (da’wah bilhāl). Dakwah billisan  artinya dakwah yang dilakukan dengan berkata-kata, ceramah,  tabl³g  akbar, dan sebagainya. Dakwah bilhal  artinya dakwah yang dilakukan dengan berbuat, seperti menyantuni  fakir miskin, yatim piatu,  menyumbang  untuk fasilitas  sosial, dan sebagainya.

sumber :
Resume Buku PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI Kelas XI

SAMPAIKAN DARIKU WALAU SATU AYAT

By : FOSKI 0

- Copyright © Foski 2017 - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -